Jumat, 19 November 2010

Retorika (dari bahasa Yunaniῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher)

Retorika (dari bahasa Yunaniῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik

pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter
pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya Aristoteles mencetuskan dalam
sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam
Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknikpers uas i politik yang bersifat
transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan
pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam
merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth
Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis,
bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai
bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan
definisi yang sudah disebutkan diatas) dan praktek kontemporer dari retorika yang
termasuk analisa atas teks tertulis dan visual.
Dalam doktrin retorika Aristoteles[1] terdapat tiga teknis alat persuasi politik yaitu
deliberatif, forensikdan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa
yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang.Retor ika
forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada
masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran.
Retorika demonstartif memfokuskan padaepideiktik, wacana memuji atau penistaan
dengan tujuan memperkuat sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun
gagasan.
Prolog

Dalam pergaulan Orang tidak dilihat Pangkat, gelar, jabatan dan kedudukannnya
melainkan apa yang orang tersebut lakukan sahabat, Baikkah perbuataannya?, burukkah
perbuataannya? atau terhinakah perbuataannya?.Jangan dikira dengan menjadi sarjana
diriku bangga, bukan sahabat , justru dengan menjadi doktor di bidangku sejuta tanggung
jawab menanti di pundakku , sejuta godaan juga di hadapannku .Seandainya aku boleh
memilih dahulu aku akan menjadi manusia biasa dengan title biasa dari pada menjadi
sarjana . Manusia akan merasa kurang dan kurang ketika sebuah harapan telah di capai.
Harapan itulah yang membuat ambisi menjadi sebuah Kristal yang menggumpal ,
harapan pulalah yang menjadikan manusia lebih Tendesius untuk kepastian . Dalam hal
ini saya pribadi sangat respek dengan anda di usia masih muda bisa menggungkapkan
sebuah konsep, yang benar-benar menuntut saya untuk mengimbangi kecepatan anda
dalam bertindak. Akurasi anda dalam menganalisa. Marilah kita bedah Konsep Retorika
Pendidikan Indonesia untuk kita terapkan dalam dunia kecil kita Negeri Dongeng
nantinya dunia yang dimana jauh dari rasa iri dengki, kesombongan yang menerpa
manusia ketika menerima sebuah

jabatan. Konsep ini tidak membutuhkan manusia yang pintar, sombong, dengki, iri, dan seluruh ketamakaan manusia lainnya, melainkan konsep untuk tetap rendah, mawas dan memahami serta mengalirkan hidup menuju Ketuhanan. Saduran dari pendapat Dr.James
Foo ,MM, MBA ,ph.D
A. Karakter Manusia BANGSA INDONESIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar